Pemerintah Tunggak Utang Subsidi Hingga Rp 40 Triliun ke Pertamina

PT Pertamina (Persero) mencatat adanya piutang pemerintah yang belum dibayarkan. Secara akumulatif ekstra dalam kurang lebih tahun terakhir, tagihan piutang Pertamina ke pemerintah mencapai puluhan triliun rupiah.
Direktur Keuangan dengan Strategi Perkeaktifanan Pertamina Arief Budiman mengatakan, tunggakan piutang itu terdiri dari beberapa pembayaran yang terkait dengan subsidi energi. “Sekitar Rp 35 triliunan terdiri dari subsidi LPG, Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan pun bahan bakar untuk Tentara Nasional Idonesia (TNI),” kata dia kepada Katadata, Rabu (7/6).
Sementara itu, atas Direktur Utama Pertamina Elia Massa Manik, jumlah tunggakan piutang Pertamina kepada pemerintah lebih berisi daripada akan disampaikan Arief. Nilainya bisa mencapai Rp 40 triliun. (Baca: DPR Siapkan Subsidi Khusus Pertamina kepada BBM Satu Harga)
“Posisi keuangan Pertamina tahun ini istimewanya cash flow, ada tagihan-tagihan agak Rp 40 triliun yang ada dekat pemerintah," kata dia saat sesak dengar pendapat dengan Komisi Energi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dekat Gedung MPR/DPR, Jakarta, Selasa (6/6).
Elia mengatakan, sudah menyampaikan piutang tercantum dempet dalam berdempetan koordinasi bersama Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Namun, sangkat kini belum ada tindak lanjutnya. Padahal ada beberapa proyek kelonggaran nan patut digarap Pertamina dan membutuhkan mal raksasa.
(Baca: Pertamina Targetkan 16 Wilayah Nikmati BBM Satu Harga Bulan Ini)
Salah satu proyek itu adalah penugasan program BBM satu harga. Menurut Elia, perkiraan biaya distribusi untuk BBM satu harga ini mencapai Rp 5 triliun per tahun. Biaya tercatat berawal atas anggaran internal Pertamina.
Ada pula beberapa proyek kilang, baik pembangunan kilang modern dempet Bontang dan Tuban, maupun peningkatan kapasitas kilang dempet Tuban, Cilacap, Balikpapan, Balongan dan Dumai. Untuk menggarap proyek kilang terhormat, Pertamina membutuhkan dana sekitar US$ 36,27 miliar atau lebih dari Rp 471 triliun.
Di sisi lain, kinerja Pertamina cukup awal tahun ini tidak sekinclong tahun dahulu. Laba jernih BUMN energi ini tergerus kelanjutan kenaikan harga minyak bersama beban penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM).
(Baca: Tertekan Beban Penjualan BBM, Laba Pertamina Anjlok 24,7%)
Laba ceria Pertamina dalam kuartal I tahun ini mencapai US$ 760 juta. Jumlahnya merosot 24,75 persen dibandingkan periode sama tahun terus akan seagam US$ 1,01 miliar.